Runtuhnya Sekolah Kami: Saat Adab Ditinggalkan dan Disiplin Disalahpahami
Runtuhnya Sekolah Kami: Saat Adab Ditinggalkan dan Disiplin Disalahpahami
Pembuka: Sekolah Tegak, Ruhnya Runtuh
Publik sempat dihebohkan kasus kepala sekolah yang didemo murid karena menertibkan siswa perokok. Peristiwa ini menyulut perdebatan: disiplin vs kekerasan, hak asasi vs kewibawaan pendidik. Di balik tembok sekolah yang megah, kita melihat gejala “runtuhnya sekolah kami”—benteng moral yang kehilangan ruh pendidikannya.
Krisis Utama: Ta’dib Sebelum Ta’lim
Dalam tradisi Islam, puncak pendidikan adalah adab (ta’dib), bukan sekadar transfer ilmu (ta’lim). Ilmu tanpa adab melahirkan kepintaran tanpa kebijaksanaan. Ketika standar kurikulum, akreditasi, dan aturan formal menggeser misi membentuk akhlak, sekolah perlahan kehilangan berkah dan maknanya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6)
Menjauhkan siswa dari perilaku merusak adalah bagian dari amanah ini—bukan sesuatu yang patut dikriminalisasi.
Dilema “Penjaga Surau”: Rahmah & Hikmah
Guru adalah waratsatul anbiya’ (pewaris para nabi). Tugasnya memadukan rahmah (kasih sayang) dan hikmah (ketegasan yang mendidik). Namun sistem sering hanya menuntut kelembutan, sementara ketegasan dicurigai. Akibatnya, guru ragu meluruskan, dan murid berjalan tanpa pagar pengaman nilai.
“Kullukum Ra’in”: Tanggung Jawab Kolektif
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.”
Keruntuhan ini bukan salah satu pihak saja. Orang tua terkadang salah memaknai cinta dengan menghapus konsekuensi; masyarakat cepat menghakimi di media sosial; dan kebijakan sering berat sebelah pada “hak” tanpa menyeimbangkan “kewajiban” dan adab.
Jalan Pulang: Mengembalikan Ruh Pendidikan
Solusinya bukan melegalkan kekerasan atas nama disiplin, dan bukan pula melumpuhkan disiplin atas nama hak. Solusi: kembali ke poros pendidikan Rasulullah SAW—rumah (baiti), sekolah (madrasah), masyarakat (mujtama’)—bergerak serempak.
Rencana Aksi Singkat (Praktis & Terukur)
Untuk Sekolah & Guru
-
Tetapkan kode disiplin berbasis adab: jelas, konsisten, komunikatif.
-
Terapkan konsekuensi edukatif (restorative): refleksi tertulis, pembinaan nilai, layanan sosial, bukan hukuman yang merendahkan.
-
Teladan dulu, tegakkan kemudian: integritas guru melahirkan wibawa alami.
Untuk Orang Tua
-
Selaraskan aturan rumah–sekolah (kontrak belajar keluarga).
-
Terapkan konsekuensi di rumah yang konsisten (bukan memaklumi).
-
Jadwalkan muhasabah mingguan: evaluasi perilaku, bukan hanya nilai rapor.
Untuk Siswa
-
Pahami bahwa disiplin = bentuk cinta agar kamu siap menghadapi tantangan hidup.
-
Latih tanggung jawab kecil harian: datang tepat waktu, jaga kebersihan, hormati guru/teman.
Untuk Pembuat Kebijakan
-
Lindungi disiplin edukatif yang proporsional dan berbasis bukti.
-
Siapkan prosedur mediasi agar konflik sekolah-wali murid selesai tanpa kriminalisasi.
Penutup: Warisan yang Kita Pilih
Apakah kita ingin mewariskan bangunan megah tanpa ruh, atau madrasah sederhana yang kokoh adabnya? Pilihan hari ini menentukan wajah generasi esok.
Diadaptasi dan diringkas ulang dari artikel asamuslim.id “Rubuhnya Sekolah Kami” oleh Dr. Salahuddin El Ayyubi, Lc., MA.
#RuntuhnyaSekolahKami #PendidikanAdab #TaDib #Akhlak #DisiplinBijak #PeranGuru #OrangTua #Sekolah #KarakterSiswa
Gambar: asamuslim.id



